PERKOSA PNS BERJILBAB SETELAH MEMBERINYA OBAT TIDUR
Cerita sex – Pertama kali aku kenal dengan ibu Farida ketika dinas tempatnya bekerja mengerjakan beberapa proyek bersama dengan tempatku bekerja. ibu Farida berusia sekitar 40 tahun, dengan postur tubuh yang sangat luar biasa (untuk orang seumur itu). tingginya sekitar 165cm, dengan badan yang sangat montok.
walaupun ia punya beberapa orang anak, bahkan ada yang sudah kuliah, tapi masih sangatlah menggairahkan bodinya itu. buah dada besar montok dan perutnya tidak buncit seperti ibu-ibu lain, rata malah, dengan pinggul dan pantat yang sangatmontok.
berkali-kali dalam rapat aku harus memaksakan mataku untuk beralih dari buah dada yang besar montok, bahkan dalam seragam PNS terlihat sangat sexy. walaupun ia mengenakan jilbab yang sangat lebar. namun tak mampu menyembunyikan betapa besarnya payudaranya.
bermalam malam aku terasa gelisah, meskipun aku masih bisa sedikit mengurangi dengan mengintip kamar mandi di rumah kos sebelah, tapi payudara siska tetanggaku yang besar malah mengingatkanku pada payudara ibu Farida, melihat vagina siska yang putih bersih membuatku menghayalkan vagina ibu Farida, ketika melihat dia menggosok payudaranya, aku menginginkan mengerayangi payudara ibu Farida.
seperti gila aku mulai membawa obat tidur berbentuk bubuk dalam kantong celanaku, selalu berpikir kapan ada kesempatan untuk membuat ibu Farida terlelap. kalau dapat akan ku perkosa tentunya.
hingga pada satu hari keajaiban itu datang. karena satu berkas yang harus ditandatangani ibu Farida, aku harus ke rumahnya. aku sama sekali tidak menyangka akan mendapat peluang semulus itu. aku datang dengan harapan yang membuatku seperti gila, dan disitu ternyata kesempatan mewujudkannya besar sekali. akan kuperkosa ibu berjilbab ini dengan sepuasnya.
waktu aku datang ibu Farida yang menyambutku, mengenakan baju seragam dengan jilbab biru tua yang sangat lebar, tapi tetap saja masih tak mampu menyembunyikan payudaranya. sepertinya ia baru pulang dari kantor, waktu itu sudah habis magrib.
awalnya kupikir mustahil karena ternyata rumahnya ramai juga, tiga orang anak gadisnya semua dirumah, ditambah seorang pembantu. aku sudah putus asa. gak tahu kenapa aku minta ijin ke kamar mandi, ternyata letaknya didapur.
pembantunya sedang sibuk mempersiapkan sop.
aku masuk kekamar mandi dengan kesal dan gelisah. usai kencing, aku keluar .. dan ternyata tidak ada seorangpun didapur, tanpa pikir panjang langsung kumasukkan obat tidur kedalam sop itu, lalu kuambil kunci pintu belakang dan kembali keruang tamu dengan sikap tenang. padahal dadaku mau pecah rasanya.
ibu Farida menyerahkan
dokumen itu dan menawariku untuk makan malam bersama, aku panik. tapi untunglah saat itu temanku menelpon. beralasan ada janji aku segera berlalu. selama dua jam aku mutar kota gak jelas arah. akhirnya kuarahkan motorku ke arah rumah ibu Farida.
aku beruntung karena beberapa waktu lalu pernah ke daerah itu, sehingga tahu bahwa dibelakang rumahnya ada kebun kecil yang tertutup dari pandangan rumah lain dan terhalang tembok sebuah bangunan yang besar. kuparkirkan motorku lalu menyelinap dari kebun itu menuju pagar belakang rumahnya. sebentar kupikir semuanya akan gagal karena aku lupa, pasti pagar itu terkunci, tapi ternyata terbuka, aku bersorak kecil. masuklah aku mengendap-ngendap.
kubuka pintu belakang perlahan-lahan, aku terkejut ketika melihat lampu masih terang benderang, dan suara tv terdengar. tapi setelah kudengar tidak ada suara orang, aku mulai masuk, sengaja kupakai sarung tangan karet dan penutup muka. dan semua sedang tidur lelap dikamar masing-masing.mengambil sebuah kaleng, kulempar kuat-kuat ke lantai, dan bersiap lari. tapi tidak ada yang bangun.
lalu teringat kata temanku kalo itu obat yang kuat, orang bisa tertidur seperti pingsan, terbius sehari penuh. aku tertawa sendiri, tapi untuk jaga-jaga maka kukunci kamar anak-anak gadis dan kamar pembantu dari luar. lalu masuk ke kamar ibu Farida, dan lagi lagi aku bersorak, suaminya tidak ada. berarti benar yang sekilas kudengar pembicaraan anak gadisnya bahwa papa mereka akan pulang beberapa hari lagi. kudekati ibu Farida yang terlentang diatas tempat tidur.
payudaranya menonjol seperti gunung, tak tahan lagi langsung tarik selimut dan menemukan ibu Farida ternyata tidur hanya mengenakan kain sarung.